instagram twitter facebook google+ tumblr

Aulia's Story

  • Home
  • About
  • Sitemap
  • Blog
    • Jajan
    • Jalan-Jalan
    • Story
  • Beauty
  • K-Things
  • Review
  • Tutorial

Sore ini aku bertemu lagi denganmu. Kali ini aku bercerita tentang kuliahku yang terasa membosankan karena tak satu tempat lagi denganmu. Tapi, aku bertemu dengan teman-teman baru yang kurasa cukup menyenangkan, ya walaupun aku masih merasa kesepian karena kamu tega memilih tempat yang berbeda denganku. Padahal, dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Kejuruan kita selalu berada di satu sekolah yang sama. Tapi tak apa. Aku paham dengan situasimu.

Seperti biasa, kamu selalu diam dan tersenyum mendengar ceritaku. Meskipun kamu tak membalas, matamu selalu terlihat antusias untuk mendengar kisahku di tempat kuliah. Dan hari ini ada yang berbeda darimu. Kamu terlihat lebih berkilau dan sangat tampan! Aku serius! Karena hari ini kamu terlihat tampan, aku membawa cemilan favoritmu saat kita sekolah dulu. Coklat. Ya, aku ingat saat kecil kita sering memakan coklat ini bersama. Dan hari ini kita memakannya bersama kembali. Uh, serasa nostalgia.

Ingatkah kamu? Saat SD kita pernah berada di payung yang sama? Kamu yang memegangnya. Dan kita berangkat sekolah selalu bersama. Kamu menganggukkan kepala tanda bahwa kamu masih ingat. Aku tertawa. Kamu sangat manis hari ini.



Dan saat SMP, kamu pernah membawakan aku payung saat hari hujan dan aku pulang terlambat karena ada ekskul. Kamu selalu mengusap poniku yang basah karena air hujan. Kamu ingat? Kamu pernah membuatkan aku telur ceplok gosong? Aku tertawa lagi. Kamu tetap tersenyum manis. Saat SMP, kamu yang banyak mengajariku Bahasa Inggris. Pelajaran yang sempat membuatku frustasi akhirnya bisa membuahkan hasil karena kamu yang mengajariku. Kamu hebat.

Dan saat kita masuk SMK, kita tetap berangkat bersama. Makan di kantin bersama. Sampai kamu pernah membelikan aku cincin. “Tanda Persahabatan” itu ucapanmu dulu sambil mengusap-ngusap rambutku. Kamu ingat kan? Kamu mengangguk lagi. Ingin rasanya kucubit pipi manis yang pernah dicium oleh teman sekelasku itu.

Ya, kamu ingat? Kamu pernah cerita saat kamu jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dengan teman sekelasku. Aku pernah membantu kamu untuk bisa berpacaran dengannya. Dan? Kamu berhasil berpacaran dengan dia yang merupakan wanita tercantik di sekolah. Kamu ingat? Mukamu tiba-tiba berubah menjadi masam.

Sejak kamu berpacaran dengan teman sekelasku, setiap pagi kamu tak lagi memboncengku. Kamu mengganti boncengan itu dengan teman sekelasku. Aku makan di kantin dengan yang lain, sambil melihatmu menyuapi teman sekelasku. Saat aku pulang ekskul dan hujan, kamu membawakan payungmu untuk teman sekelasku yang juga satu ekskul denganku. Dan pastinya di WeekEnd, kamu selalu terlihat tampan saat jalan dengannya. Sempurna semuanya. Kamu benar-benar berseri dan terlihat bahagia. Saking bahagianya, kamu tak pernah menyapa atau menemuiku lagi. Hehe.

Kamu ingat? Hampir 3 tahun lamanya kamu berpacaran dengannya. Selama itu pula aku tak melihatmu lagi. Sama sekali tak bertemu. Kamu pasti tahu seberapa besar aku merindukanmu? Uh, tak tehitung. Kamu percaya kan? Kamu tersenyum kecil.

Jujur, aku tak percaya. Kamu pernah melakukan hal setega itu dulu. Kamu tega. Aku bisa bertemu denganmu saat ku dengar dari orang tuamu kalau kamu akan segera dikebumikan. Itu awal aku bertemu denganmu lagi. Di hidungmu ada kapas. Matamu menutup. Hatiku sakit. Kenapa aku tak sengaja mengajakmu bertemu saat dulu. Aku malah membohongi diri agar tidak bertemu denganmu lagi. Maaf. Aku pernah berbohong denganmu. Matamu berkaca saat ini.

Jangan nangis. Maaf. Maafin aku. Kenapa aku harus bertemu denganmu saat aku melihat namamu di batu nisan ini? Kamu mau tahu hal lain lagi? Aku pernah membayangkan aku menjadi teman sekelasku. Selalu bisa membuatmu tersenyum, tertawa dan membuat hari-harimu berseri. Maaf. Sejak SMP aku terlalu menyayangimu. Lebih dari teman. Maaf sekali lagi. Tak terasa air mataku jatuh. Kamu hanya melihatku dan kulihat bulir-bulir air ikut jatuh juga dari matamu.

Sudah 100 hari aku datang mengunjungimu. Sudah selama itu juga aku merasa lebih dekat denganmu. Ini cukup sebanding. 100 hari bisa menggantikan 3 tahun aku tak bertemu denganmu. Dan, kupikir ini akan menjadi hari terakhir aku seperti ini. Aku move on ya. Aku akan tetap datang kesini kok. Tapi, aku tak akan melakukan hal ini lagi.

Ini. Bunga untukmu. Ku harap sekarang kamu tahu perasaanku padamu dulu. Kamu harus bahagia disana. Aku akan datang lagi dan berdoa untukmu. Kamu mengangguk dan tersenyum. Dan itu adalah senyuman paling indah yang pernah kulihat seumur hidupku.

Sahabatku, kamu memang selalu menjadi yang terbaik. I love you.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pernah kudengar kisah tentang daun. Daun ini terlihat sangat manis. Warnanya cerah dan bisa membuat orang memujinya karena dia terlihat sangat baik. Bahkan lebih baik dari bunga yang ada disekelilingnya. Lebih kuat dari akar yang menumbuhkannya di batang pohon. Lebih manis saat beterbangan dibanding burung-burung yang terbang dengan bebas.

Namun, daun ini sebenarnya tak seperti apa yang dikatakan di atas. Tak pernahkah terlintas dibayanganmu jika daun pernah mengkhianati angin? Menyakiti angin? Mungkin tidak. Hanya lebah madulah yang dengan setia mendengar semua kibasan angin. Tanpa ada sedikit ocehan, lebah madu setuju dengan angin.

Seperti buku Tere Liye yang berjudul “Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin”, tapi kukira daun ini mungkin berkebalikan. Daun selalu merasa menjadi korban. Daun selalu membuat dirinya merasa tidak nyaman dengan pohon yang sudah terlihat kokoh dan dipuja banyak orang. Selalu berkebalikan. Daun tak suka dengan pohon yang sudah membantunya tumbuh sedikit demi sedikit. Daun pernah meminta angin untuk membawanya berhembus melewati lembah, sungai, laut, dll. Angin dengan senang hati membawanya melintasi semua yang diinginkan. Bahkan lebih cepat dari perkiraan.

Saat itu daun sampai di sebuah pulau. Dan angin masih ada disisinya. Diam. Bisu. Angin hanya mendengar isakan daun yang terlalu sakit untuknya. Apakah angin telah membawanya ke tempat yang salah? Bukankah daun yang memintanya untuk melewati lembah yang indah itu? Ikut mengalir dengan aliran sungai yang tak terlalu deras. Terbang melewati laut yang memantulkan warna biru langit di airnya. “Aku sepertinya salah.” Pikir angin saat itu.

Kali ini angin lebih banyak terdiam. Biarlah waktu yang membawanya kembali berhembus dengan tenang. Dan bagaimana dengan daun? Dia masih terus terisak dan terus menyalahkan pasir pantai yang menempel di tubuhnya. Dia terisak menyalahkan semut-semut yang membantunya pindah dari sisi pantai ke dalam hutan yang ada di pulau. Dia terus menyalahkan semua yang ada seolah-olah dialah korban.

Sedikit lagi daun itu menyerah dan akan benar-benar rapuh. Terlihat dari semua hal yang dilakukannya. Terlihat jelas dari pola di tubuhnya yang hampir tak ada garisnya lagi. Terlihat dari air yang sedikit mengalir di tubuhnya. Kini dia terdiam bersama hujan. Angin pernah memberi saran untuk melewati kerisauan yang ada di dekat langit, kekacauan yang pernah dirasa gelombang laut, kekhawatiran akan dirinya sendiri yang mungkin akan hilang karena terpaan alam. Tapi, angin sudah tak peduli. Bukankah angin sudah membantunya saat itu?

Sekarang daun ingin mengakhirinya? Sekarang siapa yang salah? Siapa yang lebih tersakiti dan merasa malu? Angin masih ingin mempertanyakan itu kepada daun. Tapi apa daya, daun sudah menyalahkan semua yang ada di dekatnya. Yang sebenarnya ingin membantu menuju tempat yang lebih baik. Sekarang biarkan daun yang memilih. Angin hanya ingin kembali berhembus dan terbang dengan bebas lagi.

Dan, kenapa lebah madu setuju dengan angin? Mungkin dia punya alasan lain.


Bogor, 29 Mei 2015
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

CARI

Sponsor

About me

About Me

This is a half of my world. I love writing very much. Writing is my passion, my hobby and a half of my world ♥

Follow Me

  • instagram
  • twitter
  • facebook
  • linkedin
  • google+
  • tumblr

Followers

Total Pageviews

Popular Posts

  • Review Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
    Yap, kemaren malem jam 10:44 aku baru aja selesai baca novel Dilan yang kedua. Novel karya Pidi Baiq ini emang udah aku tunggu lamaaa ba...
  • Review Novel Milea Suara dari Dilan
    Halo semua, hari ini aku mau review novel lagi. Mungkin dari kalian ada yang udah baca novel Dilan atau judul lengkapnya " Dilan, Di...
  • Aplikasi yang WAJIB Diinstal Fans BTS!
    Aplikasi yang WAJIB Diinstal Fans BTS! - Annyeong! Hm.. ngomong-ngomong, ini post pertama aku yang bahas tentang K-POP. Jadi, kayaknya u...

Labels

blog dilan liburan novel pidi-baiq real-story rekomendasi renungan review sharing story tips-trik travel wisata

Blog Archive

  • ►  2022 (31)
    • ►  June (1)
    • ►  April (30)
  • ►  2021 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2020 (6)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  December (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (17)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (10)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2015 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ▼  May (2)
      • 100 Hari Bertemu Denganmu Lagi
      • Kekecewaan Daun, Angin dan Lebah Madu
    • ►  April (2)
    • ►  March (4)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
  • ►  2013 (2)
    • ►  March (2)
  • ►  2012 (4)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  August (1)
    • ►  April (1)

Member of

Instagram Twitter Facebook Google+ Tumblr

Created with by BeautyTemplates